Sabtu, 17 Oktober 2015

Negeri Serumpun Sebalai

Deru suara angin yang masuk melalui kaca jendela mobil yang aku tumpangi menghentikan cucuran keringat yang membasahi wajahku. Setelah hampir kurang lebih 3 jam perjalanan darat, dan 3 jam perjalanan laut akhirnya tak lama lagi aku akan sampai di kota tujuanku. Kepala ku terasa agak berat, mungkin ini pengaruh naik kapal tadi, memang ada sedikit kendala saat kapal berlayar menyusuri sungai musi lalu melintasi selat Bangka, gelombang laut agak tinggi, dari informasi yang kudapat dari penumpang kapal yang lain, biasanya jalur penyeberangan kapal di selat Bangka akan menemui kendala saat memasuki pertengahan bulan November hingga pertengahan bulan februari. Tapi alam bisa saja berubah sesuai kehendak penciptaNya, meski ini baru memasuki pertengahan bulan oktober gelombang tinggi sudah terjadi.


Ini bukan pertama kalinya aku naik kapal, tapi ini kapal terbesar pertama yang pernah aku naiki, dikampung  aku hanya naik sampan kecil saat mandi di sungai atau menaiki perahu nelayan yang sedikit lebih besar dari sampan, itupun saat perahu-perahu itu sedang parkir di pinggir pantai, tidak saat sedang melaut. Dan saat  aku telah berada di atas kapal laut yang menurut ku sangat besar dengan keadaan laut yang kurang bersahabat. Telapak kakiku berkeringat dingin tatkala beberapa kali kulihat percikan gelombang laut menghantam kaca kapal, mesin kapal mati, ini pasti karna hantaman gelombang, lambung kapal berderit-derit, habislah riwayatku, bathin ku dalam hati, padahal mesin kapal sengaja dimatikan oleh awak kapal, agar kapal bisa mengikuti alur gelombang yang datang itupun kudengar dari pembicaraan para penumpang yang saling bercerita saat sudah turun di pelabuhan, kufikir, tujuanku untuk merantau ke Bangka akan kandas di hantam dahsyatnya gelombang laut di selat Bangka. Barangakali tuhan memberikanku kesempatan untuk melihat sebuah gapura besar bertuliskan “selamat datang dikota pangkal pinang” Negeri Serumpun Sebalai.

0 komentar:

Posting Komentar