Deru suara angin yang masuk melalui kaca jendela mobil yang aku
tumpangi menghentikan cucuran keringat yang membasahi wajahku. Setelah hampir
kurang lebih 3 jam perjalanan darat, dan 3 jam perjalanan laut akhirnya tak
lama lagi aku akan sampai di kota tujuanku. Kepala ku terasa agak berat,
mungkin ini pengaruh naik kapal tadi, memang ada sedikit kendala saat kapal
berlayar menyusuri sungai musi lalu melintasi selat Bangka, gelombang laut agak
tinggi, dari informasi yang kudapat dari penumpang kapal yang lain, biasanya
jalur penyeberangan kapal di selat Bangka akan menemui kendala saat memasuki pertengahan
bulan November hingga pertengahan bulan februari. Tapi alam bisa saja berubah
sesuai kehendak penciptaNya, meski ini baru memasuki pertengahan bulan oktober
gelombang tinggi sudah terjadi.
Ini bukan pertama kalinya aku naik kapal, tapi ini kapal terbesar pertama
yang pernah aku naiki, dikampung aku
hanya naik sampan kecil saat mandi di sungai atau menaiki perahu nelayan yang
sedikit lebih besar dari sampan, itupun saat perahu-perahu itu sedang parkir di
pinggir pantai, tidak saat sedang melaut. Dan saat aku telah berada di atas kapal laut yang
menurut ku sangat besar dengan keadaan laut yang kurang bersahabat. Telapak
kakiku berkeringat dingin tatkala beberapa kali kulihat percikan gelombang laut
menghantam kaca kapal, mesin kapal mati, ini pasti karna hantaman gelombang,
lambung kapal berderit-derit, habislah riwayatku, bathin ku dalam hati, padahal mesin kapal sengaja dimatikan oleh awak kapal, agar kapal bisa mengikuti alur
gelombang yang datang itupun kudengar dari pembicaraan para penumpang yang
saling bercerita saat sudah turun di pelabuhan, kufikir, tujuanku untuk
merantau ke Bangka akan kandas di hantam dahsyatnya gelombang laut di selat
Bangka. Barangakali tuhan memberikanku kesempatan untuk melihat sebuah gapura
besar bertuliskan “selamat datang dikota pangkal pinang” Negeri Serumpun
Sebalai.
0 komentar:
Posting Komentar