Kamis, 12 Februari 2015

Apakah hujan berbentuk benang atau butiran (15 Oktober 2009 pukul 20:02)

Ada yang menjawabnya seperti benang, karena ia melihatnya sebagai limpahan rahmat tanpa henti, atau penderitaan tak berakhir, ada yang menjawab ia berupa butiran karena tiap bulirnya menghakimi atau tiap bulirnya adalah nikmat yang banyak, butirnya membuat panik, resah atau justru lega.
Bagiku hujan adalah yang kedua, iya... karena hujan bisa berarti butiran berkah, nasib baik, nasib buruk, rasa sakit, rasa sayang dan kompleksitas lainnya, terlalu banyak perasaan yang dijatuhkan dari awan, terbang dan terhempas terlalu cepat tanpa manusia harus tahu bulir mana yang harus jadi miliknya, titik hujan mana yang dihadirkan buatnya, yang mana hujanmu ?

Bagian 1

Hari kemaren dan entah kapan semuanya akan berakhir, HUJAN... bulirmu adalah nasib buruk untukku, inilah HUJANku, engkau tenggelamkan 2 petak kesederhanaan yang aku miliki, Sudah tak lagi ramai keadaannya, mereka telah bercerai dari lubang yang kugali, Meski belum jauh mereka melanglang buana, memang belum apa-apa, bahkan telihat masih mengitari tepian lubang, tapi bukan dusta kawan, mereka sudah mninggalkan aku "si empunya"
Binatang airku, liukan siripmu seperti salam perpisahan dan ucapan selamat tinggal untukku, sinis,. Kau begitu elok jika air menenggelamkanmu, anggun tiada terkira, menawan dengan warna emasmu ketika engkau belum pergi dari lubang galianku, dan hari ini kau terlihat begitu angkuh, meski begitu.. Adalah kuasa takdir maka semua orang percaya engkau takkan berdaya dipenggorengan.
Tak ingatkah engkau perenang handal, bahwa perkara-perkara tak diundang selalu datang mengejutkan, aku kan sudah pernah mengguruimu, jika ingin kenyang perutmu, jangan pernah meninggalkan aku meski HUJAN meluapkan air tak wajar disekelilingmu, engkau tak mengenal alam yangg kau sebut kebebasan, buas dan ganas kawan,... disana.. banyak pemangsa menantimu, sudahlah.. betah-betah sajalah tinggal ditmpat yang memang kubuatkan untukmu ini, percayalah ! selalu akan kutaburkan pakan kesukaanmu, meski kadang kangkung, daun ubi dan berbagai jenis daun juga hadir di meja makanmu, tapi kulihat.. kau tak berpantang sedikitpun, tak heran, ampas kelapapun kau santap, dan tiap ikat daun yg kulempar takkan mninggalkan bekas meski hanya tulangnya saja, kalian begitu rakus bukan sekali menurutku, brkali-kali wajar anggapanku, meski begitu, takkan jadi soal bagiku, tak apalah, ini memang kewajibanku sebagai majikanmu. Sementara belum selesai khutbahku padamu, engkau tenggelam lalu timbul, berputar seperti pusaran air, serentak beriring-iringan, teratur dan yang lebih menghiburku, inilah babak yang paling kusuka jika mengunjungimu, sebenarnya aku tak pernah mengerti apa maksdmu melakukan itu semua, jelas sekali terlihat engkau tidak menderita berdiam ditempatku, kau seolah berkata iya dan akan mentaati kata-kataku.


Bagian II

HUJAN datang lagi, langit masih berusaha memuaskan dahaga tahah, sekarang.. Butiran-butiran itu semakin menggila, tidakkah engkau lihat.. Bumi sudah melimpah, segala tempat kosong sudah kau isi dengan air, Ditempat binatang airku hidup, kuperhatikan, kini air hampir melampaui batas keamanan untuk menetap, meluap begitu cepat, lebih cepat dari dugaan akan prasangka baikku terhadap peliharaanku, saat-saat inilah pengkhianatan akan selalu hadir untuk membantah kepercayaan, akan mnjadi suatu bukti, Apakah khutbahku ketika menyuapimu berlaku, sempurna tuk amalkan. Lalu entah yang memberi komando, entah darimana datangnya bermati gaya ala demonstran, meledak-ledak ingin didengar, provokator mulai bersiasat, alami dan begitu mempengaruhi, teman-temanku sehamparan dan secair air,. Tak usah kau hiraukan celotehnya tempo hari, ingatlah teman-teman ! Qita disuapi hingga waktu akan membuat kita menjadi besar, gagah dan berisi, akan datang masa dan waktunya kita semua ditukar dengan istilah seonggok kertas yang mereka sebut uang, itulah saatnya giliran kita yang memberi ia makan, mereka takkan mudah puas akan hal yang banyak, apalagi itu hanya secuil, kita tinggalkan saja tempat ini, diluar sana air telah menjadi luas, jalinan nilon-nilon kasar ini tak lagi jadi penghalang buat kita, lalu tanpa fikir-fikir lagi "karena fikir tak diciptakan untuk mereka" tiada isyarat tapi mereka mulai berhamburan, tak ada antrian panjang yang melelahkan akhirnya binatang-binatang air itu menemukan pelarian yang sempurna, dibawah kandang ayam, selokan, tumpukan sampah, semak belukar,. Tempat yang beberapa hari lalu masih berdebu, tapi karena curah HUJAN sekaliber gempa diatas 7 SR terus menghantam tiada henti, menghendaki basah demana-mana.

Bagian III

Aku yang tak menduga HUJAN akan begitu beringasnya mengantarkan air menggenangi semua tempat yang lebih tnggi dari awal datangnya terus dan terus, Hingga akan berhenti pada titik kehendak penciptanya. Aku hanya duduk jongkok sambil menopang kedua dagu diatas spitank belakang rumah, tak jauh dari lubang galianku. Akhirnya mereka lolos, lepas sudah harapanku.


Bagian IV

HUJAN,,, inilah butiran-butiran nasib buruk untukku, padahal baru beberapa hari ini butiran-butianmu membahagiakanku, begitu cepat berkah berubah menjadi musibah, dan tak perlu kusesali, HUJAN telah membawa banjir, banjir telah meloloskan binatang-binatang airku, tiada salah dan cela untukmu, kebebasanmu telah membawaku kepada nasib buruk dan nasib buruk akan selalu mengajarkan bahwa ujian takkan datang diluar kemampuan seseorang, selalu didalam batas, terima kasih ya rabb yang telah menciptakan HUJAN, binatang air, ujian, pelajaran dan begitu banyak keutamaan yang bisa kupahami, kini kusadari.. Semuanya bukan lagi rizkiku, Ampuni ketamakan yang menjauhkan hamba dari rasa syukur, hamba hanya merencanakan sesuatu terjadi.. Engkau juga punya rencana dan dapat kupastikan, apapun yang terjadi, baik, buruk Sudah pasti itu rencanaMU.

https://www.facebook.com/notes/novra-dinata/apkah-hjan-brbntuk-benang-atw-butiran/156151144652

0 komentar:

Posting Komentar